Jakarta, MPI
Program nasional pemberian vaksin sinovac masih terus bergulir secara bertahap. Diawali oleh Presiden Joko Widodo sebagai orang pertama di Indonesia yang menerima vaksin, kemudian dilanjutkan oleh para tokoh publik dan tenaga medis.
Meski sudah dinilai aman, namun masih ada saja kalangan masyarakat yang menolak vaksin sinovac yang diyakini bisa memberikan kekebalam tubuh terhadap serangan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Pemerintah pun bersikap tegas dengan memberikan sanksi berupa denda kepada masyarakat yang menolak pemberian vaksin ini.
Menanggapi adanya program vaksinasi ini, anggota Komisi IX di DPR RI Dra Hj Wenny Haryanto, SH menyatakan pemberian vaksin sinovac diharapkan dapat membantu mengurangi angka penularan penyakit Corona jenis baru yaitu SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. “Yang terjadi saat ini jumlah kasus pasien terinfeksi Covid-19 masih terus meningkat. Vaksin ini merupakan metode pengurang wabah, dan Vaksinasi tidak hanya bertujuan memutus mata rantai penularan wabah saja, tetapi dalam jangka panjang untuk mengeliminasi bahkan memusnahkan penyakit itu sendiri,” ujar anggota Parlemen Senayan dari Fraksi Golkar ini.
Terkait adanya penolakan dari sejumlah kalangan masyarakat, Wenny menilai, boleh saja masyarakat memilih untuk tidak divaksin jika tidak darurat seperti saat ini. “Atau Anda hidup sendirian di pulau tanpa orang lain, mungkin betul vaksinasi itu adalah hak atau pilihan pribadi,” ungkapnya.
“Akan tetapi kita hidup berdampingan dengan orang lain, terlebih lagi di Pulau Jawa, dengan penduduk sangat padat, dan situasi darurat memerangi pandemi Corona ini, maka vaksinasi adalah kewajiban. Jadi, vaksinasi itu bukan masalah kesehatan pribadi saja, tapi mencegah penularan dan membentuk herd immunity yang bisa terbentuk jika kurang lebih 70 persen orang telah divaksin,” papar Wenny menambahkan.
Menurut Wenny, menolak pemberian vaksin berarti membahayakan keselamatan masyarakat dan negara dan tentu saja ada sanksi sesuai dengan hukum darurat wabah dan karantina kesehatan. “Dengan divaksin, kita melindungi orang lain yang tidak bisa divaksin, misalnya kalangan Lansia, orang kelainan imun yang menjalani kemoterapi, penderita alergi langka, dan lain-lain,” tegasnya.
Maraknya kabar atau pemberitaan terkait dampak negatif pasca-pemberian vaksin yang tersebat di media sosial belakangan ini, membuat Wenny mengingatkan seluruh kalangan masyarakat agar lebih cerdas menyerap informasi atau kabar yang masih diragukan kebenarannya. “Kembalikan ke data dan fakta di lapangan serta hasil analisa dari lembaga atau pihak yang kompeten dan berwenang, bukan dari isu-isu yang tidak jelas sumbernya,” kata Wenny.
“Dalam hal ini, sumber yang dapat dipercaya berasal dari Badan POM, Kementerian Kesehatan, Satgas Covid, dan WHO. Bedakan mana asumsi dan dugaan, dengan data release resmi dari lembaga yang berwenang dan kompeten untuk hal tersebut. Dalam setiap Standard Operating Procedure semua harus ada landasan data dan fakta yang valid. Data Valid adalah data yg sudah di-cross check dan dikonfirmasi kebenarannya oleh personil yang kompeten dan berwenang,” ulas Wenny.
Lebih lanjut Wenny mengakui bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh pasti ada efeknya. Dalam hal vaksinasi, tujuan dari vaksinasi adalah memberikan efek positif bagi tubuh, yaitu memberikan imunitas. “Untuk efek samping yang negatif, itu benar bisa terjadi, tetapi bukan dalam hal vaksin saja,” tegasnya.
“Makanan sehat bertujuan menyehatkan tubuh. Tapi bagi segelintir orang, bahkan sangat sedikit, yang memiliki alergi langka tertentu atau kelainan genetik tertentu, makanan seperti tomat, kacang, cabai, susu, seafood, zat aditif seperti MSG bisa sangat berbahaya hingga mematikan. Sama halnya dengan semua obat dan vaksin. Vaksin itu pelindung dan bukan obat,” imbuh Wenny.
“Cara kerjanya juga bukan seperti obat bius yang ces-pleng menghilangkan rasa sakit. Namun sebagai pelindung. Jadi protokol kesehatan tetap jalan. Dan seandainya pun ada yang terkena, maka jika sudah divaksin, insyaa Allah sakitnya tidak mematikan,” jelasnya.
Menutup perbincangan, Wenny berpesan kepada seluruh stakeholder agar berfikir positif demi mendukung program pemberian vaksin sinovac untuk menanggulangi pandemi Corona saat ini. “Yang tidak kalah penting, setiap media massa dengan segala ptalformnya juga harus ikut membantu dengan menyebarkan kabar sesuai dengan fakta dan data yang ada dan bukan menyebarkan berita yang tanpa disadari dapat mengarahkan masyarakat untuk menjadi anti pemerintah,” pungkasnya. (Mul)