Kota Bekasi, MPI
Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Dra Hj Wenny Haryanto, SH kembali menggelar Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga dan Kelompok Sasaran Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) Bersama Mitra tahun 2021. Sosialisasi yang digelar di wilayah Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jumat (15/10), ini bekerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Hadir dalam kesempatan tersebut, Plt Direktur Bina Penggerakan Lini Lapangan BKKBN RI I Made Yudhistira Dwi Payama, S.Psi, M.Psi, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Drs Wahidin, M.Kes, serta Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bekasi, Marisi. Sedangkan peserta terdiri dari kalangan penyuluh KB, kader Posyandu dan Tim Penggerak PKK, serta tokoh masyarakat.
Seperti biasa, kegiatan sosialisasi diikuti 180 peserta yang dibagi menjadi dua sesi, berdasarkan wilayah kelurahannya masing-masing. Kegiatan berlangsung semarak dengan rangkaian kuis dan aneka doorprize menarik yang dipersembahkan oleh Wenny Haryanto untuk para peserta.
Dalam sosialisasi itu, Wenny Haryanto kembali membahas ancaman Stunting yang harus diwaspadai sejak dini oleh kalangan orangtua, terutama calon pasangan pengantin. Saat inu, menurut dia, pemerintah melalui BKKBN terus mengupayakan penurunan jumlah kasus Stunting di tanah air.
Lebih lanjut, Wenny Haryanto menjelaskan arti dari Stunting. Menurut Legislator Senayan asal Fraksi Golkar ini, Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan tubuh dan otak pada anak akibat kekurangan gizi dalam kurun waktu yang lama.
Anak yang menderita Stunting ini lebih pendek dari anak normal seusianya, tapi itu beda dengan kerdil yang disebabkan oleh kelainan genetik. Selain itu, anak juga mengalami keterlambatan dalam berfikir,” ulas Wenny Haryanto yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat VI meliputi Kota Bekasi dan Kota Depok.
Wenny menambahkan, penyebab umum Stunting adalah akibat asupan gizi makanan yang kurang, sejak dalam kandungan, hingga terlihat pada saat anak berusia 2 tahun. “Kita sebagai orang tua bisa melihat atau mencermati beberapa gejala Stunting,” katanya.
Wenny lalu memaparkan gejala-gejala seorang anak mengalami Stunting, salah satunya adalah pertumbuhan gigi yang terlambat. “Lalu terjadinya penurunan kemampuan belajar, artinya anak menjadi tidak fokus belajarnya,” imbuh dia.
Gejala yang ketiga adalah pertumbuhan tubuhnya melambat. “Lalu gejala yang keempat, wajah anak yang mengalami Stunting terlihat lebih muda dari anak-anak seusianya,” ujar Wenny.
Sementara untuk gejala yang kelima, kata Wenny, anak yang mengalami gagal pertumbuhan akan terlambat mendapatkan masa pubertasnya (mimpi basah dan menstruasi). “Kemudian untuk gejala yang keenam, pada usia 8 sampai 10 tahun, anak cenderung menjadi pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya,” ungkapnya.
Sedangkan untuk gejala yang ketujuh, karena anak kekurangan gizi yang kronis, menyebabkan dirinya mudah terpapar penyakit. “Nah, itulah gejala-gejala yang terjadi terhadap anak yang mengalami Stunting,” jelasnya.
Selain memaparkan gejala-gejala stunting. Wenny Haryanto juga memberikan tips kepada para peserta yang hadir untuk mencegah terjadinya gagal pertumbuhan pada anak. “Salah satunya adalah ketika ibu sedang hamil, berikan tablet penambah darah, karena ibu-ibu yang sedang hamil sangat memerlukan zat besi untuk bayinya,” ulas Wenny.
Selanjutnya, tambah Wenny, berikan ibu hamil nutrisi yang lengkap, misaknya dengan rutin mengkonsumsi makanan yang mengandung unsur Empat Sehat Lima Sempurna. “Lalu ketika bayi sudah lahir, berikanlah imunisasi dasar secara lengkap, agar bayi kita memiliki kekebalan tubuh,” imbuhnya.
Selain itu, sang ibu juga harus memberikan ASI (air susu ibu) Eksklusif untuk bayinya hingga bayinya berusia 6 bulan. “Jangan dengan susu kaleng, buah-buahan atau makanan padat, cukup berikan ASI saja, bagi ibu-ibu yang ASI-nya lancar dan bagus” tegasnya.
Yang terpenting, ungkap Wenny, kita harus membiasakan perilaku hidup sehat dan bersih. “Karena akan mempengaruhi pertumbuhan tubuh anak kita, kalau kita sehat maka anak kita pun akan sehat tapi kalau kita berperilaku hidup tidak sehat, maka anak kita akan mudah terkena infeksi penyakit,” ucapnya.
Terakhir, Wenny mengingatkan kembali kepada para orangtua agar selalu memperhatikan kesehatan dan gizi sang anak. “Begitu juga kepada pada calon pasangan pengantin yang hendak menikah, tidak cukup persiapan membuat undangan dan pre-wedding saja, tapi juga harus mempersiapkan kondisi kesehatan dan gizi dirinya dan calon pasangannya, karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan gizi anak yang akan dilahirkan nanti,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Plt Direktur Bina Penggerakan Lini Lapangan BKKBN RI I Made Yudhistira Dwi Payama, S.Psi, M.Psi, menyatakan sepakat bahwa Stunting harus menjadi perhatian bagi kalangan ibu dan calon pasangan pengantin. “Ketika sudah berkeluarga, pasangan suami-istti sudah mengetahui kondisi kesehatannya masing-masing dan bisa saling mengintrospeksi sebelum memutuskan untuk mempersiapkan kehamilan bagi sang istri,” ulasnya.
Pihaknya snagat berkomitmen untuk menurunkan jumlah kasus Stunting di tanah air, sesuai instruksi yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Nah untuk mencapai sasaran itu, BKKBN akan berkolaborasi dengan seluruh elemen dan lembaga-lembaga terkait, ini yang menumbuhkan optimisme kami untuk bisa menurunkan jumlah kasus Stunting di Indonesia,” pungkasnya. (Mul)