Kota Bekasi, MPI
Pemerintah melalui Badaan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) memberikan perhatian terhadap masalah gagal pertumbuhan tubuh dan otak pada anak akibat kekurangan gizi dalam kurun waktu yang lama atau biasa disebut dengan istilah Stunting. Ditargetkan selama 2024 mendatang, angka kasus terjadinya Stunting di tanah air bisa mengalami penurunan hingga 14 persen sesuai instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Seperti dijelaskan anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Dra Hj Wenny Haryanto, SH, harapan terjarinya penurunan jumlah Stunting ini sesuai rapat terbatas antara Presiden Jokowi dengan BKKBN. Berdasarkan data pada tahun 2019 lalu, angka penurunan Stunting baru mencapai 27 persen.
“Dalam rapat terbatas dengan Presiden Jokowi saat itu, BKKBN diberikan tugas sebagai Ketua Penanganan Stunting, yang targetnya di tahun 2024 nanti harus mencapai 14 persen,” ungkap Wenny Haryanto saat menggelar Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga dan Kelompok Sasaran Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) Bersama Mitra tahun 2021, di Yayasan Annadiah Baba H Yadil, Jalan H Ilyas Kelurahan Jakamulya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Selasa (19/10).
Lebih lanjut Wenny Haryanto yang berasal dari Fraksi Golkar ini menegaskan, butuh kerja keras bagi seluruh stakeholder terkait untuk mencapai sasaran penurunan angka Stunting di tanah air. “Kita semua harus bahu-membahu membantu pemerintah demi menyelamatkan nasib anak-anak kita yang merupakan generasi penerus bangsa,” ungkapnya.
Dalam sosialisasi tersebut, Wenny memaparkan tentang gejala-gejala terjadinya gangguan pertumbuhan gizi dan otak yang menyerang anak-anak. “Anak yang menderita Stunting ini lebih pendek dari anak normal seusianya, tapi itu beda dengan kerdil yang disebabkan oleh kelainan genetik. Selain itu, anak juga mengalami keterlambatan dalam berfikir,” ulas Wenny Haryanto yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat VI meliputi Kota Bekasi dan Kota Depok.
Wenny menambahkan, penyebab umum Stunting adalah akibat asupan gizi makanan yang kurang, sejak dalam kandungan, hingga terlihat pada saat anak berusia 2 tahun. “Kita sebagai orang tua bisa melihat atau mencermati beberapa gejala Stunting,” katanya.
Untuk wilayah Kota Bekasi, Wenny menyebut terdapat 3.600 kasus Stunting yang terjadi pada tahun 2021. “Nah untuk mencapai target penurunan Stunting ini, tentu saja butuh dukungan dan peran serta para penyuluh KB dan kader Posyandu yang gencar memberikan edukasi, pemahaman, serta sosialisasi kepada masyarakat,” ulasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bekasi, Marisi, menyatakan pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada seluruh kalangan masyarakat agar bisa mencegah ancaman Stunting di Kota Bekasi. “Tugas ini melibatkan banyak pihak, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, dan Dinas Sosial, dan kami akan bahu-membahu melakukan upaya secara maksimal,” tegasnya.
Dengan upaya bersama itu, Marisi berharap tidak ada lagi kasus baru Stunting di Kota Bekasi. “Sehingga Kota Bekasi akan memiliki anak-anak yang cerdas dan sehat, sehingga menjadi generasi yang handal untuk melanjutkan pembangunan di Kota Bekasi yang kita cintai ini,” katanya.
Sementara itu, apresiasi diberikan H Yadil dari Yayasan Annadiah selaku tuan rumah penyelenggaraan kegiatan sosialisasi ini. “Kegiatan ini memberikan manfaat kepada masyarakat, dan kami merasa yakin dengan adanya sosialisasi kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan bersih tetap terjaga,” pungkasnya. (Mul)