Kota Bekasi, MPI
Masalah tentang Stunting atau kondisi gagal pertumbuhan tubuh dan otak pada anak akibat kekurangan gizi, masih menjadi perhatian pemerintah. Upaya sosialisasi tentang gejala dan pencegahan Stunting juga gencar dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Komisi IX DPR RI.
Sosialisasi ini juga menyasar kalangan masyarakat Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, pada Rabu (18/11). Nampak hadir dalam sosialisasi ini, yakni anggota Komisi IX DPR RI dsri Fraksi Golkar Dra Hj Wenny Haryanto, SH, Direktur Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk BKKBN Ir Mila Rahmawati MS, Koordinator Bidang ADPIN Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Herman Melani, SH, MH, dan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bekasi, Marisi, Camat Bantargebang Warsim Suryana, Lurah Bantargebang Satim Susanto. Sosialisasi yang digelar di kediaman tokoh masyarakat Bantargebang, H Abdul Rahman atau populer disapa H Endung, ini diikuti sekitar 100 peserta dari kalangan penyuluh kB, kader Posyandu dan PKK, serta tokoh masyarakat.
Melalui pemaparannya, Wenny Haryanto menyebut pada tahun 2030 mendatang Bangsa Indonesia akan memasuki tahun keemasan. “Bangsa kita akan mendapatkan bonus demografi, karena sekitar 70 persen penduduk Indonesia akan memasuki usia produktif pada tahun 2030 nanti,” kata Wenny yang berasal dari Daerah Pemilihan Jawa Barat VI meliputi wilayah Kota Bekasi dan Kota Depok ini.
Menurut Wenny, usia produktif itu adalah usia bagi seseorang yang dapat bekerja dengan baik karena kondisi siklus tubuhnya berada dalam kondisi terbaik. “Saat itulah bangsa kita akan memasuki masa keemasan karena mayoritas penduduknya berada dalam kondisi produktif, bangsa kita akan mendapatkan bonus demografi,” ungkapnya.
Namun Wenny mengingatkan bonus demografi itu terancam gagal didapat Bangsa Indonesia akibat Stunting. “Jika gagal, maka bonus demografi yang kita harapkan ini akan berubah menjadi disaster demografi, dikarenakan adanya Stunting,” tegas dia.
Karena itulah, lanjut Wenny, pada Januari 2021 Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar Rapat Terbatas rapat terbatas antara Presiden dengan BKKBN. Rapat Terbatas ini membahas upaya penurunan angka Stunting yang ditargetkan mencapai 14 persen pada tajun 2024 mendatang.
Berdasarkan data pada tahun 2019 lalu, angka penurunan Stunting baru mencapai 27 persen. “Dalam rapat terbatas dengan Presiden Jokowi saat itu, BKKBN diberikan tugas sebagai Ketua Penanganan Stunting, yang targetnya di tahun 2024 nanti harus mencapai 14 persen,” ungkap Wenny dalam Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga dan Kelompok Sasaran Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) Bersama Mitra tahun 2021 tersebut.
Lebih lanjut, Wenny kemudian memaparkan tentang Stunting yang merupakan suatu kondisi gagal pertumbuhan tubuh dan otak pada anak akibat kekurangan gizi dalam kurun waktu yang lama. “Anak yang menderita stunting ini lebih pendek dari anak normal seusianya, tapi itu beda dengan kerdil yang disebabkan oleh kelainan genetik. Selain itu, anak juga mengalami keterlambatan dalam berfikir,” ulas Wenny Haryanto yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat VI meliputi Kota Bekasi dan Kota Depok.
Wenny menambahkan, penyebab umum stunting adalah akibat asupan gizi makanan yang kurang, sejak dalam kandungan, hingga terlihat pada saat anak berusia 2 tahun. “Kita sebagai orang tua bisa melihat atau mencermati beberapa gejala stunting,” kata Legislator Senayan asal Fraksi Golkar ini.
Wenny juga mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama menurunkan jumlah angka penderita Stunting. “Jangan sampai generasi emas bangsa kita hilang akibat Stunting,” tegasnya.
Pencegahan
Selain memaparkan gejala-gejala stunting. Wenny Haryanto juga memberikan tips kepada para peserta yang hadir untuk mencegah terjadinya gagal pertumbuhan pada anak. “Salah satunya adalah ketika ibu sedang hamil, berikan tablet penambah darah, karena ibu-ibu yang sedang hamil sangat memerlukan zat besi untuk bayinya,” ulas Wenny.
Selanjutnya, tambah Wenny, berikan ibu hamil nutrisi yang lengkap, misaknya dengan rutin mengkonsumsi makanan yang mengandung unsur Empat Sehat Lima Sempurna. “Lalu ketika bayi sudah lahir, berikanlah imunisasi dasar secara lengkap, agar bayi kita memiliki kekebalan tubuh,” imbuhnya.
Selain itu, sang ibu juga harus memberikan ASI (air susu ibu) Eksklusif untuk bayinya hingga bayinya berusia 6 bulan. “Jangan dengan susu kaleng, buah-buahan atau makanan padat, cukup berikan ASI saja, bagi ibu-ibu yang ASInya lancar dan bagus” tegasnya.
Yang terpenting, ungkap Wenny, kita harus membiasakan perilaku hidup sehat dan bersih. “Karena akan mempengaruhi pertumbuhan tubuh anak kita, kalau kita sehat maka anak kita pun akan sehat tapi kalau kita berperilaku hidup tidak sehat, maka anak kita akan mudah terkena infeksi penyakit,” ucapnya.
Terakhir, Wenny mengingatkan para ibu-ibu agar terus memantau pertumbuhan anak. “Jangan malas untuk memantau pertumbuhan anak, tiap bulan bawalah anak ke Posyandu atau Puskesmas untuk ditimbang badannya, diukur tinggi badannya dan diukur lingkar kepalanya,” katanya.
Wenny berharap upaya bersama yang dilakukan ini bisa mencapai target penurunan jumlah anak yang mengalami gangguan pertumbuhan atau stunting di Indonesia. “Targetnya hingga 2024 nanti harus mencapai 14 persen jumlah penderita stunting, target ini sangatlah berat karena pada tahun 2019 saja targetnya baru mencapai 27 persen,” ujarnya.
Karena itu, Wenny menghimbau kepada para peserta agar mencermati sosialisasi ini sehingga bisa disosialisasikan lagi kepada masyarakat. “Kita semua harus bekerja keras dan bahu-membahu demi kesehatan anak-anak kita, agar menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas, sehat dan handal,” pungkasnya. (Mul)