Kurniawan Taswin Menyikapi Suasana Pilkades Polman dan Je’neponto (Berita MPI)

SULSEL, MEDIAPATRIOT.CO.ID – Kurniawan Taswin yang akrab di sapa Dg Rewa ternyata membawa misi tertentu, Yaitu ingin merasakan bagaimana rasanya berada di sekitaran masyarakat Polman, terkhusus pada saat-saat kendekati hari pemilihan kepala desa Pussui.
Adapun hasil daripada pengembaraannya yaitu sebagai berikut.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, dialah yang senangtiasa memberikan kita nikmat kesehatan dan kewarasan. Salam dan taslim tak lupa kita curahkan pada Baginda Rasulullah Saw, dialah Nabi yang membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderan seperti sekarang ini, dialah Nabi dam Rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT sebagai Rahmatan Lil-Alamin bagi bumi beserta isinya.

Tepat pukul 01:00 saya dan teman saya erick berangkat dari makassar menuju polman. Sebenarnya kepergian kami ke polaman itu sudah direncanakan jauh hari sebelumnya. Bicara soal polman, saya memang belum pernah menginjakan kaki di tanah Polewali Mandar walaupun telinga ini sudah sering mendengar kata Polman, polman, dan polman. Bukan karna jaraknya yang sedikit menguras waktu dan tenaga, karena memang saya tidak pernah punya urusan di Polman. Singkat cerita, setelah menempu perjalanan kurang lebih 8 jam kami sampai di polman, diimana perjalanan itu kami lalui dengan kecepatan yang biasa-biasa saja karena ingin sedikit menikmati perjalanan yang memang baru pertama kalinya saya lewati selama kelahiranku. Dusun Pariangang, Desa Pussui Kec. Luyo Kab. Polewali mandar, Prov. Sul-Bar adalah tujuan kami.

Desa yang terletak di pinggiran kota Polman yang di kelilingi oleh pegunungan indah dan menyejukkan, situasi lingkungannya tentu berbeda dengan lingkungan saya di Jeneponto karena letak geografisnya yang berbeda. Selain kesejukan desa ini juga dilengkapi oleh pemimpin yang baik nang penuh wibawa.

Penampilannya yang sederhana serta prinsip hidup yang penuh dengan keteguhan makin menjadikan desa ini semakin keren dibanding desa-desa yang pernah saya datangi sebelumnya. Arifin, nama lengkap dari kepala desa Pissui. Om Arifin (sapaan akrab dari saya) mengatakan bahwa “Perasaan kita ke orang lain adalah gambaran besar perasaan orang lain kepada kita, hati setiap manusia itu sama, terbuat dari segumpal darah, hanya saja karakter yang mempengaruhi setiap hati manusia mengapa ada perasaan yang bertolak belakang dengan perasaan orang lain, Karna memang karkter setiap manusia itu berbeda tergantung bagaimana dia merawat karakternya”, perlu di ketahui pula Om Arifin, kepala desa pussui adalah ayah kandung dari Erick, teman yang saya temani ke polman.

Tentunya kalau kita menilai sesuatu tidak dengan melihat pada satu sudut pandang saja, maka dari itu setelah saya melihat dan menyebutkan salah satu kelebihan dari desa ini, saya juga harus bicara sisi lain dari desa pussui.
Selain rawan akan terjadinya longsor, desa ini juga susah di akses oleh jaringan baik itu jaringan ATM maupun jaringan telekomunikasi. Masyarakat sangat kesulitan jika ingin mengakses dan menggunanakan media sosial, namun perlu kita garis bawahi bahwa resiko wilayah yang di kelilingi oleh pegunungan sudah jelas akan susah dengan jaringan. Hany itu yang bisa saya simpulkan jika bicara kekurangan dari desa ini

Bicara soal masyarakatmya, sebagian besar masyarakat desa pussui itu berprofesi sebagai seorang petani, masyarakat desa pussui juga tidak mau terlalu banyak berbicara tentang politik. Sebenarnya desa pussui bulan ini juga akan menyelenggarakan pemilihan kepala desa, tepatnya 18-Nov-2021. Namun berbeda dengan desa-desa lain yang ada di jeneponto. Dimana kebanyakan masyarakat desa itu terlibat langsung dengan politik (Politik Praktis) yang menyebabkan banyak terjadi konflik internal, konflik yang seharusnya tidak terjadi, padahal seharusnya Pilkades bukan ajang untuk saling menjatuhkan, menfitnah dan berkelahi.

Perbedaan pandangan ataupun calon di desa pussui itu sangat tidak terasa, bahkan bisa dibilang tidak ada sekat dan/atau egosentris. Om arifin dalam tuturnya kepada saya mengatakn bahwa “144 desa yang di Kabupatem Polman itu, Alhamdulillah sudah tinggal beberapa desa saja yang terkenal dengan Pilkades garis keras atau tingkat kemungkinan terjadinya kegaduhan dalam pilkades, untuk desa pussui sendiri selama saya menjabat sebagai kepala desa 2 periode berturut-turut belum pernah saya dapatkan ada kejadian yang merugikan desa dan masyarakat pada khususnya. Yang ada itu perbedaan pilihan, itupun ketika masyarakat berada di balik bilik pemilihan, diluar daripada itu tidak ada lagi, semuanya kembali seperti semula dimana masyarakat hidup ruku, damai dan saling menghargai satu sama lain”, tentunya kultur yang seperti inilah yang patut di jaga dan di lestarikan keberadaannya , Indonesia akan menjadi surga jika kultur seperti itu yang menjadi pedoman hidup.

Pilkades Pussui tinggal menghitung hari tapi keadaan masih sama seperti kemarin, dimana mayarakatmya itu memilih diam. Padahal jika kita melihat pada Pilkades di desa-desa lain, sekarang ini sudah masuk dapam tahap krusial. Saya sudah dua malam disini, mencoba bergaul untuk merasakan kehangatan dari masyarakat desa , bercengkrama sambil menunggu ada seseorang yang memulai pembicaraan tentang pilkades ini, namun tetap tak ada satupun yang saya dengar membahasnya. Singkat dan seperti itulah kisah dan pembelajran yang saya dapatkan di desa ini tapi sebelum saya berhenti untuk berfikir dan mengetik tentang kisah ini, saya ucapkan banyak terimakasih kepada Kepala Desa dan Ibu Desa, bapak dan ibu yang menjadikanku sebagai anak kandung sendiri, terimakasih saya juga tujukan pada Tokoh Agama, Pemuda, pemangku adat dan masyarakat desa pussui Kurang lebih 14 hari saya diaini, saya merasakan kehangatan yang begitu tulus, kehangatan yang sama dengan kehangatan yang di berikan oleh orang tua kandung saya, Terimakasih Om Arifin, istri om Arifin dan ketiga anak beserta menantunya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian dan bisa mempertemukan kita kembali di kehangatan dan kasih sayang yang lebih dikemudian hari. Sekian dari saya, hanya itu yang bisa saya sampaikan dengan semua yang saya lalui. Untuk semua kekurangan yang ada dalam setiap tulisanku baik itu di sengaja maupun tidak mohon dimaklumi dan kalaupun ada sesuatu yang baik itu murni Karna kehendak sang Maha Pemilik kehidupan dan kematian.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarokatuh

Hormat saya Kurniawan Taswin Dg Rewa. (Rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *