_Amartha mencatatkan pertumbuhan kesejahteraan di kalangan mitra binaannya, 97,9% Ibu mitra mampu menyekolahkan anak-anaknya setelah bergabung dengan Amartha._
_Ibu mitra Amartha juga berhasil menciptakan lapangan kerja informal sebanyak 87.000 di mana 75% pekerja merupakan perempuan._
MediaPATRIOT – *Jakarta, 21 Desember 2021* – Indonesia memiliki lebih dari 65 juta UMKM yang bergerak di berbagai sektor. Sebanyak 64% UMKM didirikan oleh perempuan, menjadikan UMKM sebagai ujung tombak penggerak perekonomian yang bersifat inklusif.
Di tengah pesatnya pertumbuhan UMKM perempuan, masih terdapat tantangan yang dihadapi perempuan untuk bisa berdaya melalui kewirausahaan, seperti terbatasnya akses permodalan maupun literasi digital.
Perusahaan fintech sejatinya bisa menjadi solusi bagi masyarakat untuk memperoleh layanan keuangan sekaligus mendapatkan bimbingan dan literasi digital untuk mengembangkan potensinya.
Namun, beredarnya isu miring mengenai layanan fintech pinjaman online ilegal membuat masyarakat enggan untuk menggunakan layanan fintech. Padahal, masih banyak perusahaan fintech yang terbukti berhasil menciptakan dampak pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan UMKM.
*PT Amartha Mikro Fintek (Amartha)* sebagai pioneer fintech peer-to-peer lending yang berfokus pada pemberdayaan perempuan pedesaan melalui akses permodalan, membuktikan bahwa fintech dan perempuan merupakan kolaborasi yang apik dalam menghadirkan kesejahteraan yang merata. Memperingati momen Hari Ibu, Amartha menjabarkan peran nyata perempuan yang diangkat berdasarkan hasil riset Sustainability & Accountability Report Amartha.
*Katrina Inandia, Head of Sustainability Amartha* menjelaskan, “Kami melakukan riset setiap tahun untuk memastikan hadirnya pemberdayaan bagi ibu mitra kami yang tergambarkan melalui peningkatan pendapatan mereka. Selain itu, riset yang kami lakukan juga membuktikan bahwa perempuan mampu berkontribusi dalam menggerakkan ekonomi daerah sekitar ia tinggal dan turut menyejahterakan keluarga, dengan adanya intervensi dari fintech seperti Amartha. Hasilnya sangat baik, kami mencatatkan, sebanyak 97,9% Ibu mitra binaan mampu menyekolahkan anak-anaknya setelah bergabung di Amartha. Anak perempuannya pun berkesempatan lebih besar untuk mengenyam pendidikan yang setara dengan anak laki-laki. Inilah salah satu dampak nyata yang Amartha hadirkan melalui layanan kami”.
Selain adanya peningkatan pendidikan bagi anak-anak di pedesaan, Ibu mitra Amartha juga berhasil menciptakan lapangan kerja informal di desanya. Sebanyak 87.000 pekerjaan informal berhasil terserap, dan 75% pekerja tersebut merupakan perempuan, sehingga dampaknya berlipat ganda. Dalam hal ini terbukti bahwa perempuan sejatinya mampu menyejahterakan perempuan lain di sekitarnya.
Kondisi pandemi memang membawa tantangan tersendiri khususnya bagi UMKM. Namun, adanya bimbingan dan dukungan dari Amartha, membuat para Ibu mitra tetap dapat meningkatkan pendapatannya.
Amartha mencatatkan, dalam kondisi pandemi ini, mitra binaan tetap mengalami peningkatan penghasilan sebesar 10%, di saat pelaku usaha lain mengalami penurunan yang signifikan. Di waktu normal, mitra binaan Amartha dapat meningkatkan pendapatannya dari 200% hingga 700% dalam satu tahun.
Peningkatan pendapatan di kalangan perempuan terbukti mampu mengubah banyak hal dalam hidup perempuan. Amartha melakukan riset yang menemukan hasil, bahwa perempuan yang berpenghasilan lebih percaya diri untuk menghadiri kegiatan sosial. Perempuan juga tidak menikmati sendiri penghasilannya, karena sebagian besar pendapatan disalurkan untuk kepentingan keluarga, seperti merenovasi rumah, memenuhi kebutuhan anak, dan membantu suami untuk lebih sejahtera.
“Alasan Amartha menargetkan mitra perempuan adalah karena kami yakin bahwa memberdayakan perempuan dapat menghasilkan dampak yang berlipat ganda. Perempuan memiliki komitmen tinggi untuk keluarganya. Secara kultur pun, di Indonesia laki-laki umumnya sudah memiliki pekerjaan karena berperan sebagai pencari nafkah. Dengan memberdayakan si perempuan, maka keluarga berpotensi memperoleh pendapatan ganda dan lebih sejahtera”, ungkap Katrina.
Amartha terbilang gencar dalam menjangkau perempuan pengusaha mikro untuk bergabung dengan Amartha. Hingga saat ini, lebih dari 900.000 perempuan telah bergabung sebagai mitra Amartha, dan ditargetkan dapat menembus satu juta mitra di akhir tahun 2021 ini. Amartha juga memiliki rangkaian program edukasi literasi keuangan yang diikuti oleh mitra binaan.
“Peranan Amartha tidak hanya sampai di penyaluran modal usaha saja, namun kami juga memberikan edukasi keuangan dan bimbingan kewirausahaan. Lebih dari 103.000 mitra telah mendapatkan edukasi literasi keuangan, dan 25% di antaranya telah mempraktikkan kebiasaan pencatatan keuangan keluarga. Hasilnya pun terlihat, karena mereka jadi lebih rajin menabung dan mampu menambah asetnya seperti merenovasi rumah dan membeli kendaraan bermotor. Padahal sebelumnya, para Ibu cukup kesulitan mengatur keuangan apalagi memiliki resolusi keuangan”, tambah Katrina.
*Tips Wujudkan Resolusi Keuangan bagi Perempuan*
Menjelang pergantian tahun menuju tahun 2022, sebagian masyarakat gemar menuliskan resolusi yang ingin dicapai di tahun depan. Mulai dari resolusi dalam hal keuangan, karir, pendidikan, keluarga, dan sebagainya. Namun, tidak semua resolusi benar-benar dapat terwujud, faktornya sangat beragam dan membuat seseorang mudah melupakan impiannya.
Dalam semangat Hari Ibu, Amartha bersama Annisa Aprilia, CFP, Financial Planner membeberkan tips bagi perempuan untuk dapat mewujudkan resolusi keuangan yang mudah dilakukan.
Pertama, tetapkan dulu tujuan keuangan di tahun depan, tapi ingat untuk memastikan bahwa tujuan tersebut realistis untuk dilakukan. Misalnya ingin menambah dana darurat sebesar 50% hingga akhir tahun 2022, atau memulai usaha online dengan pinjaman modal sebesar sekian rupiah.
Kedua, turunkan tujuan tersebut menjadi strategi yang bisa dilakukan. Misalnya dengan memperbesar porsi tabungan, mengembangkan aset dengan berinvestasi, membuka usaha sampingan, atau menambah jam kerja dengan menjadi freelancer. Terakhir, tuliskan dalam selembar kertas dan tempelkan di tempat yang sering dilalui.
Annisa juga memberikan tips untuk memilih platform fintech yang dapat membantu perempuan untuk mendapatkan layanan keuangan yang aman. Menurut Annisa, konsumen harus memastikan fintech tersebut telah terdaftar dan diawasi OJK, cari tahu pemberitaan mengenai perusahaan tersebut di media, dan tanyalah referensi dari kerabat yang pernah menggunakannya.
“Kuncinya adalah, kalau konsumen ingin mengembangkan asetnya melalui fintech, jangan pernah tergiur dengan iming-iming imbal hasil yang kelewat tinggi. Dan jika butuh akses pinjaman modal, perhatikan bunganya, pastikan tidak melebihi 0,8% per hari. Dengan begitu, kita semua dapat terhindarkan dari penipuan atas nama fintech”, tutup Annisa.
(red Irwan)